Sabtu, 24 April 2010

The Akatsuki

Pein

  • Umur : Tidak diketahui
  • Asal : Amegakure
  • Status keanggotaan : Pemimpin aktif
  • Cincin : ("Nol","Tidak ada")
  • Posisi cincin : Jempol kanan
  • Pasangan : Konan
  • Ciri khas : Rambut lancip, memiliki seperti piercing di hidung, rambut berwarna orange




Konan

  • Umur : Tidak diketahui
  • Asal : Tidak diketahui
  • Status keanggotaan : Aktif
  • Cincin : ("Putih")
  • Posisi cincin : Jari Tengah, Tangan Kanan
  • Pasangan : Pein
  • Ciri khas : Memiliki aksesoris seperti bunga di kepala



Zetsu

  • Asal : Kusagakure
  • Status keanggotaan : Aktif
  • Cincin : -
  • Posisi cincin : Kelingking kanan
  • Pasangan : Tidak ada
  • Ciri khas : Mempunyai dua kepribadian, kanibal


Tobi

  • Umur : Lebih dari 100 tahun
  • Asal : Konoha Gakure
  • Status keanggotaan : Aktif
  • Cincin : ("Virgo")
  • Posisi cincin : Jempol kiri
  • Pasangan : Dulunya Deidara



Kisame Hoshigaki

  • Umur : 2 9 d i Na ruto, 31 di Naruto Sh ippūden
  • Asal : Kirig a kure
  • S tatus keanggotaan : Aktif
  • Tinggi : 195 cm
  • Berat : 83.1 kg
  • Tanggal Lahir : 18 Maret
  • Golongan darah : A B
  • Cincin : ("Selatan ")
  • Posisi cincin : Jari manis kiri
  • Pasangan : Itachi Uchiha
  • Ciri khas : Penampilan seperti ikan hiu

Deidara

  • Umur : 25 tahun
  • Asal : Iwagakure
  • Status keanggotaan : Almarhum, belum diganti
  • Cincin : ("Biru/Hijau")
  • Posisi cincin : Telunjuk kanan

  • Pasangan : Dulunya Tobi, sebelum itu Sasori
  • Ciri khas : Spesialis ledakan mengguna kan tanah liat, memanipulasi tanah liat menggunakan mulut di telapak tangan dan dada, meneropong dengan mata kiri, mata kiri yang terlatih untuk menggagalkan genjutsu Sharingan

Hidan

  • Umur : Tidak diketahui
  • Asal : Tidak diketahui ( pelindung kepalanya bukan lambang Amagakure )
  • Status keanggotaan : Almarhum, belum diganti
  • Cincin : ("Tiga Tingkatan")
  • Posisi cincin : Telunjuk kiri
  • Pasangan : DulunyaKakuzu
  • Ciri khas : Tidak bisa mati, membawa sabit besar bermata tiga, rambut cepak berwarna pucat

Kakuzu

  • Umur : Tidak dike tahui
  • Asal : Takigakure
  • Status keanggotaan : Almarhum, belum diganti
  • Cincin : 北 ("Utara")
  • Posisi cincin : Jari tengah kiri
  • Pasangan : Dulunya Hidan
  • Ciri khas : Dapat memperpanjang hidupnya dengan cara mengambil jantung manusia, dapat memiliki lima jantung manusia secara bersamaan, dapat menggunakan seluruh lima elemen chakra, tubuh terdiri dari jaring-jaring untuk menyerang dan memanipulasi tubuh yang lain.

Orochimaru

  • Umur : 50-51 di Naruto, 53 di Naruto Shippūden
  • Asal : Konohagakure, sekarang Otogakure
  • Status keanggotaan : almarhum setelah Keluar dari Akatsuki, belum diganti
  • Cincin : ("Langit")
  • Posisi cincin : Jari Kelingking kiri
  • Pasangan : Dulunya Sasori
  • Ciri khas : Penampilan seperti ular, dapat memperpanjang hidup dengan memindahkan jiwanya ke tubuh yang baru.

Sasori

  • Umur : Tidak diketahui
  • Asal : Sunagakure
  • Status keanggotaan : Almarhum, digantikan oleh Tobi
  • Cincin : 玉 ("Virgo")
  • Posisi cincin : Jempol kiri
  • Pasangan : Dulunya Deidara, sebelum itu Orochimaru
  • Ciri khas : Ahli boneka, tubuh boneka, spesialis racun

Itachi Uchiha

  • Umur : 17-18 di Naruto, 20 di Naruto Shippūden
  • Asal : Konohagakure
  • Status keanggotaan : Almarhum, belum diganti
  • Tinggi : 175,2 cm
  • Berat : 57,1 kg
  • Tanggal Lahir : 9 Juni
  • Golongan darah : AB
  • Cincin :("Merah Darah")
  • Posisi cincin : Jari manis kanan

  • Pasangan : Kisame Hoshigaki
  • Ciri khas : Ahli dalam Genjutsu, memakai sharingan dan mangekyo sharingan

Kamis, 22 April 2010

Perguruan Silat Pusaka Raga Kencana

Sebelum berdirinya nama Perguruan Silat Pusaka Raga Kencana, pada mulanya bernama “Perguruan Silat Baitun Nur” dan telah berjalan ± 8 tahun (1992-2005) dengan jumlah siswa yang lumayan banyak ± 348 orang yang tersebar di beberapa cabang. Selama itu pula telah menghasilkan beberapa petarung yang handal dan mampu meraih prestasi dalam beberapa pertandingan antar perguruan silat yang diadakan oleh Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).

Gagasan Perguruan Silat Pusaka Raga Kencana di cetuskan pada tahun 2005 dan ditetapkan pada tanggal 14 Desember 2006 oleh Guru Utama Bawono Hadi Prayitno, dengan alasan bahwa nama awal perguruan kurang mengandung unsur wibawa/tidak berwibawa maka diganti dengan nama baru yang telah dicoba untuk dipromosikan dan mampu menarik peminat. Guru Utama melihat bahwa ternyata orang-orang lebih tertarik dengan nama perguruan silat yang lebih berbau kasepuhan/zaman dahulu. Maka dengan mantap Guru Utama menetapkan nama Perguruan Silat Pusaka Raga Kencana menggantikan nama awal Perguruan Silat Baitun Nur dengan harapan selain mampu menarik peminat juga cita-citanya dalam syiar agama Islam terlaksana.

Perguruan Silat Pusaka Raga Kencana resmi menjadi anggota aktif Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) pada tahun 1997 (namun waktu itu masih Perguruan Silat Baitun Nur). Pusaka Raga Kencana sendiri mempunyai arti “Pegangan diri yang mampu membawa kepada kedamaian dan keselamatan”.

Persatuan Silat Seni Harimau Pusaka

Aliran Harimau Hijaiyah dari Langkat

Hawa pantai terasa kuat segera kita memasuki pusat kota pesisir Sumatera Utara, Tanjungpura, Langkat. Di keramaian siang hari itu Bang Dudung menghentikan kendaraannya tepat di muka Rumah Makan Gundaling yang sedang ramai pengunjung dan menghampiri seraya mencium tangan dengan khitmad kepada seorang lelaki di dalam.

Langsung orang-orang di sekitarnya heran dan bertanya-tanya ada apa kami orang-orang kota bertemu dengan Pak Keling, begitu julukan lelaki tadi, dan siapa sebenarnya Pak Keling itu. Tanpa memberi penjelasan lebih jauh, langsung kami keluar restoran dan singkat saja Bang Dudung menjelaskan maksud Reporter mencari keberadaan Harimau Langkat yang sangat tersohor namun sulit ditemukan.

Masih banyak tersimpan di penjuru negeri ini ilmu-ilmu silat yang tangguh serta efektif, namun sulit dijumpai begitu saja. Oleh sebab susah ditemukan, apalagi bisa dipelajari seakan ada kesan bahwa ilmu-ilmu tersebut disimpan rapat-rapat oleh para pemiliknya. Banyak alasan untuk tidak begitu saja menyebarkan ilmu-ilmu langka tersebut. Penyebab umum yang sering dijumpai rata-rata adalah penjelasan klasik. Apakah karena sangat berat untuk menekuni latihan rutin yang harus mengorbankan waktu dan biaya besar, atau memang karena tidak boleh diketahui orang lain.

Menurut dokumentasi dan catatan yang ada, di daerah pesisir Sumatera Utara, pernah terjadi sepasukan tentara pendudukan Jepang bersenjata lengkap dikalahkan hanya oleh satu orang yang ternyata kemudian dikenal dengan Harimau Langkat. Teknik tempur dan beladiri Jepang yang biasa tangguh kala itu seperti percuma tanpa guna. Para korban yang jatuh tidak meninggalkan bekas luka atau memar di tubuhnya, hanya sedikit bekas lilitan merah di leher tapi tulang-tulang leher mereka tertarik putus berlepasan.

Tiga puluh tahun kemudian, pada PON ke-IX tahun 1977, di kelas 65-70 kg Tanding Putra juara pertamanya memiliki gaya bertanding yang unik. Bahkan oleh pesilat lain ia seperti dibilang terlalu menantang atau mungkin juga sombong. Si juara tersebut adalah Ahmad Bukhari Ramzan dari Perguruan Harimau Hijaiyah – Langkat, punya pose khas dengan membentangkan kedua tangannya satu ke atas yang lain ke bawah lebar-lebar mengundang serangan lawan setiap posisi bersiap. Dia tidak melakukan kuda-kuda seperti umumnya. Tetapi begitu lawan menyerang apakah dengan tendangan atau pukulan, langsung disambut dengan terkaman paci Harimau Hijaiyah atau jurus kombinasi kait dan gedor yang kuat dan cepat. Bisa pakai apa saja Ramzan melakukannya. Entah sikut, dengkul, lengan atau telapak dan tinju. Gaya lancarkan jurus silat negatif (menunggu serangan) yang disusul hujanan serangan jurus lanjutan sering terlalu merepotkan lawan-lawannya.

Beruntung Reporter diizinkan melihat dan mencoba teknik Harimau Hijaiyah yang sumbernya berasal dari aliran Hijaiyah, Si Harimau Langkat, langsung dari sumber utamanya. Konon guru besar ini telah lebih dari dua belas tahun tidak mau memperagakan ke orang lain. Berkat bantuan murid utamanya beliau akhirnya setuju dipublikasikan.

Kuncian Selendang Harimau Hijaiyah yang nomor berapa tidak dijelaskan oleh Pak Keling, namun begitu Reporter coba lancarkan pukulan kilat lurus pendek ke dagunya dari jarak 60 cm, ia malah maju tidak menangkis atau mengelak. Dibiarkannya serangan yang datang menyerempet dagunya. Yang tidak disangka, seluruh lengan kanan Pak Keling masuk menyelusup cepat ke leher Reporter. Entah kapan ia bergerak ke belakang, siku dalamnya langsung membelit jakun leher berbarengan dengan tendangan atas bawah ke belakang lutut. Keseimbangan Reporter hilang dalam sekejap, sementara tekanan kuat di leher terasa mematikan tidak bisa bernafas. Seluruh vertebrae (tulang belakang) meregang meninggalkan nyeri yang sangat. Mengaduh pun tidak bisa karena tercekik kuat. Bukan main.

Dua puluh lima tahun silam aliran silat Harimau Hijaiyah dari Langkat didirikan oleh Syarifudin bin Mohammad Kahar, yang kemudian oleh penduduk setempat dikenal dengan nama Pak Keling. Awalnya Pak Keling belajar sejak usia remaja kepada Atuk Guru Tua pendiri aliran silat Hijaiyah, Abdul Jalil Hasibuan, yang juga dikenal sebagai Harimau Langkat. Guru Tua yang tinggi ilmu agama dan silatnya ini adalah putera seorang Syekh di perkumpulan tharikat ternama Naksabandiyah, di Kota Pinang, Rantau Prapat, yang bertahun-tahun mengembara menghindari kejaran tentara pendudukan Jepang.

Setelah dinyatakan cukup menjalankan ujian demi ujian berat, Syarifudin yang lahir di akhir tahun 1949 diberi ijazah dan diberi mandat untuk meneruskan dan menyebarkan silat aliran Hijaiyah. Sepulangnya mengikuti pertandingan silat se-ASEAN di Singapura pada bulan Februari 1974, dalam tempo enam bulan dia menggubah gerakan Hijaiyah dengan menyertakan gerakan dan teknik yang diadopsi dari ?harimau?. Untuk kemudian aliran yang dikuasainya itu ditambah namanya menjadi Harimau Hijaiyah.

Jumlah jurus Harimau Hijaiyah ada dua puluh buah, dilengkapi dengan empat kuncian dan satu kuncian emas. Nama-nama jurus sesuai huruf hijaiyah dari Alif, Ba, Ta seterusnya hingga Ya. Kurikulum pengajarannya terbagi dua tahap. Pertama adalah tahap dasar dan menengah, mengajarkan 20 jurus-jurus dasar dan aplikasi (sebagian besar tangan kosong) umumnya dapat ditempuh selama enam bulan.

Tahap lanjutan, berupa pendalaman jurus dan penempaan mental. Metoda pengajaran dilakukan dengan pengawasan satu per satu oleh guru. Dalam tahapan ini mulai si guru mengajarkan jurus atau ilmunya sesuai dengan kesiapan lahir batin muridnya. Belum tentu dari lima orang murid yang ada, misalnya, menguasai ilmu yang sama. ?Kalau perangai muridku masih macam orang jalanan tak mungkin ia dapat nomor kuncian tadi,? jelasnya lebih jauh. Untuk murid-murid khusus seperti dari kalangan angkatan bersenjata, pernah diajari teknik tempur dan perkelahian.

Teknik tersebut dinamakan Tangkisan Sekilat. ?Buat apa kalian serdadu berpayah-payah lama berkelahi. Cepat pakai kunci selendang kami dan jurus tangkisan sekilat. Sebentar saja lawan kalian bisa pindah dunia,? kata Pak Keling mengulang apa yang pernah ia katakan pada peragaan jurus-jurusnya di depan pasukan elit Kopasgat (sekarang Paskhas AU). Dalam aplikasi berkelahi betulan (street fighting) para murid ditekankan agar tak lupa menggunakan Ci?eh Hijaiyah. Ini semacam ilmu yang terlihat pada lirikan mata yang harus mampu membaca gerakan apa yang akan dilontarkan lawan. Digunakan dalam pertandingan olahraga IPSI pun sudah dibuktikan banyak manfaatnya.

Berawal dari lingkungan tempat ia tinggal, secara bertahap aliran Harimau Hijaiyah tersebar ke belahan utara hingga Banda Aceh dan ke negeri tetangga Malaysia. Di Banda Aceh pengajaran aliran dipusatkan di Kampus IAIN Darussalam. Di Malaysia, murid-murid utamanya tersebar di Kuala Lumpur, Johor dan Penang. ?Memang di aliran beladiri mana saja ada gerakan macam punya kami ini, tapi itu umumnya baru sampai Dal, belum lagi Lam Alif atau Ya,? paparnya lebih lanjut ketika menjelaskan bandingan Harimau Hijaiyah dengan beladiri lain.

Di samping para murid utama yang meneruskan ilmu perguruannya Pak Keling kini sudah menyiapkan Eddy Syahputra, putera sulungnya, sebagai pewaris.

Alamat :
Bpk. Syarifudin bin Mhd. Kahar
Jl. Jurung, Tanjungpura, Kabupaten Langkat
Sumatera Utara

Sumber :
Majalah Jurus No.20 / Th.I / Juni 2000

PERGURUAN BELADIRI TENAGA DALAM ISLAM PRANA SAKTI

SEJARAH
PERGURUAN BELADIRI TENAGA DALAM ISLAM
PRANA SAKTI

Perguruan Bela Diri Tenaga Dalam Islam PRANA SAKTI adalah seni bela diri tenaga dalam warisan leluhur bangsa Indonesia yang jurus-jurusnya baik di tingkat dasar maupun di tingkat terakhir berkembang sedemian rupa tanpa campuran dari jurus aliran silat manapun baik dari dalam maupun luar negeri.

Ketika Angkatan 66 bangkit menegakkan Orde Baru, menumpas PKI, tidak sedikit generasi muda yang tergabung dalam angkatan 66 harus berhadapan secara fisik dengan antek-antek Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ketika itu, tampillah seorang pemuda, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai Ketua Lasykar Aries Margono. Pemuda tersebut bernama Asfanuddin Panjaitan. Bersama rekan-rekannya, mahasiswa UGM, dengan semboyan kuliah sambil berjuang menegakkan Orde Baru, bergabung dengan seluruh kekuatan Angkatan 66 di seluruh Indonesia. Pengalaman demi pengalaman yang ia rasakan membuatnya semakin sadar betapa pentingnya ilmu bela diri dalam menghadapi PKI besrta antek-anteknya yang sadis, biadab dan tidak berperikemanusiaan. Itulah sebabnya, sementara ia meminmpin Laskar Aries Margono, bersama beberapa teman seperjuangannya yang lain, ia memperdalam Ilmu Bela Diri Tenaga Dalam Prana Sakti, yang ternyata dikuasainya dengan sangat baik. Ketika itu, ilmu tenaga dalam Prana Sakti belum dilembagakan dalam suatu bentuk perguruan yang resmi. Beliau bersama rekan-rekannya berguru langsung kepada Guru Besar-nya yang berdiam di Yogyakarta.

Sepak terjangnya dalam menumpas antek-antek komunis dalam G 30 S/PKI sangat mengesankan. Itulah sebabnya Asfanuddin Panjaitan pemuda asal Sumatera Utara ini mendapatkan kesempatan dari Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) untuk mengikuti latihan terjun payung komando di Batujajar. Pada waktu itu Komandan RPKAD adalah Sarwo Edie Wibowo. Setelah anak-anak muda ini selesai mengikuti latihan, mereka dilantik oleh seorang tokoh senior ABRI yang kharismatik, yang kelak dipilih oleh rakyat menjadi Presiden dan bahkan kini bergelar Bapak Pembangunan, Bapak Soeharto. Pemuda Asfanuddin Panjaitan mendapatkan penghargaan dan tercatat dalam Lembaran Negara, karena mendarat tepat pada titik tuju di depan panggung kehormatan.

Waktu berjalan terus, perjuangan demi perjuangan mereka laksanakan bahu-membahu dengan ABRI dan rakyat,hingga pada akhirnya pemuda tadi berhasil menyelesaikan studinya di Fakultas Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Pengalaman demi pengalaman yang didapatkan Drs. Asfanuddin Panjaitan menimbulkan kecintaan yang semakin mendalam terhadap generasi muda. Ia menyadari bahwa untuk mencapai cita-cita kemerdekaan dibutuhkan generasi muda ang tangguh dan terampil, PKI tidak boleh kembali lagi, ujarnya dengan semangat AMPERA. Akan tetapi ternyata dilihatnya generasi muda Indonesia menghadapi krisis penyalah-gunaan narkotika dan obat-obat terlarang lainnya. Kemerosotan moral itu membuat hatinya gundah. Apakah para generasi muda tidak menyadari bahwa perbuatan tersebut tanpa disadari akan meruntuhkan sendi-sendi bangsa Indonesia. Sangat boleh jadi dibalik tindakan peredaran narkotika dan obat-obat terlarang itu tersembunyi niat busuk dari bangsa lain yang hendak menghancurkan bangsa Indonesia. Melihat keadaan itu, marahnya kepada PKI dan di sisi lain cintanya kepada generasi muda, membulatkan tekadnya untuk bergerak dalam dunia pendidikan. Paham komunis dan segala tipu-daya tidak boleh sedikitpun menyentuh jiwa generasi muda. Pemuda harus dibentengi dengan iman dan takwa yang benar-benar terpatri dalam diri dan tercermin dalam segala perbuatan,sikap, tingkah laku, dan pandangan hidup.

Namun ia bukanlah seorang santri, ia bukan pula sarjana IKIP, ia adalah sarjana Sospol. Tetapi ia menguasai ilmu bela diri tenaga dalam. Sementara itu, ia harus tetap menjalankan tekadnya tersebut. Ia pun berpikir dan berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya yang sangat mendalam tentang ilmu tenaga dalam, ia yakin bahwa ilmu ini dapat dimanfaatkan dalam rangka membina iman dan takwa. Tetapi pandangan masyarakat tentang ilmu tenaga dalam masih belum jelas. Sebagian besar masyarakat menganggap tenaga dalam itu perbuatan musyrik. Mereka tanpa pemikiran mendalam, memandang sama semua perguruan tenaga dalam yang ada ketika itu. Padahal masing-masing perguruan tenaga dalam tidak sama prinsip, metode dan jiwanya. Ada perguruan yang bergantung pada kekuatan syetan dengan menjalankan ritual-ritual yang bertentang dengan ajaran Islam. Ada pula yang murni gerakan-gerakan fisik. Sangat sedikit sekali, perguruan beladiri tenaga dalam yang bernafaskan Islam. Akibat ketidakpahaman masyarakat, akhirnya mereka mencampur-adukkan dan menyamaratakan segala bentuk ilmu tenaga dalam dengan menganggap sebagai syirik. Ini kekeliruan yang sangat besar dan tak dapat dimaafkan.

Lama masalah ini dipertimbangkannya. Sampai pada akhirnya ia berketetapan hati untuk menemui Buya Hamka, KH. Ali Maksum dan KH. AR. Fachruddin. Kepada ketiga tokoh ahli agama Islam inilah ia berkonsultasi. Ketiga tokoh inipun dengan segala sifat kebapakan, dengan ketajaman pandangan dan pemikiran serta kedalaman ilmu yang tak diragukan lagi, bukan hanya sekedar memberikan kritik, usul dan saran tetapi juga mencuci dan membersihkan ilmu yangakan dikembangkan oleh Asfanuddin Panjaitan dari hal-hal yang berbau syirik dan hal-hal yang tidak Islami.

Bang Asfan, begitu ia biasa dipanggil dengan sebutan akrab, lantas mengadakan perubahan dalam ilmu tenaga dalam Prana Sakti yang telah diperoleh dari Gurunya. Dengan adanya pembaharuan itu, maka keampuhan jurus-jurus Prana Sakti harus diujicoba ulang. Alhamdulillah berkat ridlo Allah, justeru setelah disesuaikan dengan ajaran-ajaran Islam, jurus Prana Sakti semakin tajam dan dapat dijadikan metode alternatif untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan lahir batin dan dunia akhirat. Metode tersebut diperkuat pula dengan ikrar Prana Sakti :Apapun yang terjadi, sampai saya mati, saya (tetap) berpegang kepada Laa Ilaaha Illallaah. Jadi tampak jelas bahwa ilmu Prana Sakti sejalan dengan Islam. Bahkan sebuah pernyataan yang dari Rektor IAIN Raden Intan Lampung , Drs. P. Tahriri Fatoni, menegaskan bahwa ilmu yang dikembangkan oleh Prana Sakti merupakan ruh tauhid.

Jurus-jurus yang diajarkan oleh Prana Sakti, tanpa disadari oleh para anggotanya, membawa dampak yang sangat baik bagi kebersihan jiwa dan pengembangan kepribadiannya sesuai dengan Sunnatullah. Manfaat yang dapat diperoleh apabila rajin berlatih dengan jurus-jurus Prana Sakti, antara lain :

1. Menumbuhkan semangat persaudaraan dan persatuan.
2. Menanamkan akhlak mulia.
3. Upaya pensucian batin (jiwa).
4. Memperkuat ketahanan jiwa terhadap segala bentuk tekanan jiwa dengan tumbuhnya sifat sabar, tabah, berjiwa besar dan rendah hati.
5. Membina dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia baik fisik maupun mental.

Untuk memahami jurus-jurus Prana Sakti, seseorang harus benar-benar memahami ilmu tauhid, yaitu ilmu yang berkenaan dengan ke-Esaan Allah, baik Esa dalam Sifat, Zat maupun Perbuatan-Nya. Jiwa dan raga secara bersamaan harus menunjukkan manifestasi iman dalam perbuatan nyata dalam bentuk takwa. Dari sini lahirlah sikap dan perbuatan yang berjalan dalam hukum-hukum alam atau Sunnatullah. Sikap yang seperti inilah yang disebut sebagai sikap orang shaleh, yaitu sikap orang-orang yang senantiasa menuruti aturan alam yang telah ditentukan oleh Allah SWT sejak zaman azali ketika alam semesta ini diciptakan. Demikianlah ternyata jurus-jurus Prana Sakti sebenarnya mengikuti hukum alam atau Sunnatullah ini. Sedangkan inti jurus-jurus Prana Sakti adalah kalimat tauhid, yaitu : Laa ilaaha illallaah, pernyataan dan ikrar iman kepada Allah SWT. Itulah sebabnya, dengan menuntut ilmu tenaga dalam Prana Sakti berarti mengembangkan diri agar menjadi orang Islam yang beriman dan beramal shaleh. Iman dan amal shaleh merupakan dua serangkai yang tak boleh dipisahkan agar dapat menjadi muslim yang kaffah, orang yang Islam secara total dan menyeluruh. Dengan prinsip tersebut, Prana Sakti mengambil perannya dalam membina manusia muslim-muslimat yang tangguh dan berakhlak mulia.

Jurus-jurus Prana Sakti tersusun dalam jenjang-jenjang bertingkat. Semakin sempurna dan semakin tinggi jurus-jurus yang telah dicapai seorang anggota, sejalan dengan itu, semakin bertambah pula pemahaman akan ajaran agama Islam yang mungkin tanpa disadari ia lakukan dalam amal perbuatan dan sikap hidupnya. Inilah sistem pendidikan agama Islam yang sungguh unik. Dengan kata lain kenaikan tingkat dan bertambahnya jurus-jurus, berarti peningkatan dalam iman dan takwanya. Bukan hanya peningkatan dalam ibadah mahdlah, seperti shalat, puasa, zakat dan haji (bagi yang mampu), tapi lebih jauh dari itu, ia akan paham tentang hikmah dan hakikat yang tersembunyi di balik semua bentuk ibadah tersebut. Raga melakukan ritual ibadah, kesannya terpatri dalam jiwa. Kesan dalam jiwa inilah yang mampu mengendalikan dan mengarahkan amal perbuatannya sehingga sesuai dan sejalan dengan ajaran Islam. Barangkali ia tidak tahu tentang suatu ayat atau hadits, meskipun ia telah menjalankannya.

Namun alangkah baik lagi bila ia lengkapi pula dengan belajar ilmu agama Islam, agar amalnya lebih bernilai dan bermakna. Karena itu tidak heran apabila setiap anggota Prana Sakti diajak terus-menerus agar rajin menuntut ilmu agama baik langsung maupun tidak langsung, lisan maupun tulisan. Salah satu jalannya adalah dengan mempelajari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sebagai motivasi agar para anggota mau belajar Al-Qur’an, setiap kenaikan tingkat diadakan test membaca dan menterjemahkan surah al-Fatihah dan al-Ikhlash, dan membaca kitab suci Al-Qur’an. Semua itu dijadikan prasyarat bagi siapa saja yang hendak naik tingkat.

Kepada para anggota Prana Sakti selalu dikatakan bahwa Guru Besar Prana Sakti adalah Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah kalam atau perkataan Allah yang menjelaskan makna serta konsekuensi yang harus dilakukan bagi siapa saja yang telah berikrar Laa ilaaha illallaah. Kalimah Thayyibah ini adalah inti isi kandungan Al-Qur’an, bahkan inti dari ajaran agama yang dibawa oleh para nabi sejak dari Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad SAW. Jadi untuk memahami Prana Sakti, wajib memahami isi kandungan Al-Qur’an dan Sunnatullah. Dalam Al-Qur’an sebagai ayat-ayat tanziliyah dan pada alam semesta sebagai ayat-ayat kauniyah, terdapat kebenaran mutlak dan pasti tanpa keraguan sedikitpun. Kedua macam ayat ini saling terkait satu sama lain dan tidak mungkin bertolak belakang.

Karena itu, anggota paripurna Prana Sakti, yaitu anggota yang telah mencapai tingkat Payung Rasul, adalah anggota yang harus telah mampu menatap dan memandang alam ini baik yang zhahir maupun batin, dengan kaca mata Al-Qur’an. Pada taraf ini kebiasaan memandang Al-Qur’an dengan kacamata awam, harus dirubah dan dibalik, yakni pandanglah alam ini dengan kacamata Al-Qur’an karena Al-Qur’an apabila dijabarkan dengan benar sebenarnya merupakan cerminan dari alam semesta baik yang fisis maupun metafisis. Al-Qur’an bukan sembarang kitab. Ia adalah kitab yang benar karena datang dari Allah Yang Maha Benar, Pencipta alam semesta.

Jurus-jurus Kasaran, tingkat yang paling awal, akan sia-sia apabila diberikan kepada orang yang tidak mau membaca syahadat. Jurus-jurus Halusan akan sia-sia apabila diberikan kepada orang yang belum hapal surah Al-Fatihah dan Al-Ikhlash berikut maknanya. Dalam test kenaikan tingkat, bukan hanya terjemahan yang ditekankan tetapi lebih jauh dari itu harus memahami apa yang terkandung di dalam kedua ayat tersebut. Kenapa Al-Fatihah disebut Ummul-Kitab dan Al-Ikhlash bagaikan sepertiga dari Al-Qur’an, hanya dapat dipahami apabila kita mengerti hikmah yang terkandung di dalamnya. Jurus-jurus Tikahan tidak akan berarti jika diberikan kepada orang yang tidak mengenal Al-Qur’an. Jurus Mahdi tidak akan sempurna bila diberikan kepada orang-orang yang tidak hapal dan mengerti juz ‘Amma. Jurus-jurus Syahbandar tidak berguna bila diberikan kepada ornag itdak mendalami agama Islam, mendalami ilmu-ilmu agama Islam seprti tauhid, fikih, akhlak, tasawuf, tafsir Al-Qur’an, Al-Hadits dan lain-lain ilmu bantu yang menunjang pemahaman untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut. Dan begitu pula, jurus-jurus Payung Rasul akan sia-sia dan tidak berkah bila diberikan kepada orang-orang yang tidak mampu memahami agama Islam dari segala aspek, enggan mengamalkan ilmu yang telah dipelajari, tidak mampu memandang alam dengan segala bentuk kehidupan yang terdapat di dalamnya menurut apa yang telah dijelaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an. Bila dibuat kata ringkas, seluruh jurus Prana Sakti tidak akan bermanfaat dan berguna bagi orang yang tidak shalat, karena hikmah yang terdapat dalam shalat sungguh lengkap dan sempurna mencakup segala aspek kehidupan. Bahkan shalat merupakan wujud ketundukan dan penyerahan diri seorang muslim kepada Allah SWT. Jika hal ini telah terbentuk dalam jiwa, yaitu bagi orang yang benar-benar mendirikan shalat, bukan sekedar untuk melepaskan kewajiban belaka, niscaya dapat dipastikan ia termasuk orang-orang yang beriman dan beramal shaleh. Karena itu, amat tepat

Tujuan
PERGURUAN BELADIRI TENAGA DALAM ISLAM
PRANA SAKTI

1. Membina anggotanya menjadi manusia muslim yang sehat lahir batin, kreatif, jujur, ikhlas, tabah, sabar, rendah hati, percaya diri, tawakkal dan giat bekerja, sebagai bekal guna menuju prestasi yang diridloi Allah SWT yaitu Takwa.
2. Memperkokoh dan mempertebal iman kaum muslim/muslimah ke tingkat takwa yang sebenarnya.
3. Mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT dengan jalan zikir lahir dan batin.
4. Membina dan mempererat hubungan ukhuwah Islamiyah tanpa memandang golongan, kedudukan, harta, pangkat, asal-muasal dan sebagainya.
5. Membentuk kondisi jasmani dan rohani yang prima agar tetap sehat wal ‘afiat dengan mengembangkan tenaga dalam (prana) pelindung tubuh berdasarkan Sunnatullah yang secara spontanitas dapat memberikan balasan/pantulan bila ada gangguan dan serangan dari luar, baik secara lahir maupun batin, nyata maupun gaib.

GURU BESAR
PERGURUAN BELA DIRI TENAGA DALAM ISLAM
PRANA SAKTI

Guru Besar Perguruan Beladiri Tenaga Dalam Islam PRANA SAKTI, bernama Drs.KH. Asfanuddin Panjaitan. Beliau berasal dari Sumatera Utara dan kini menetap di Yogyakarta. Pendidikan perguruan tinggi diselesaikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Minatnya terhadap permasalahan umat, terutama masalah pembinaan generasi muda sangat tinggi, karena itulah beliau bertekad bulat mendirikan dan mengembangkan perguruan ini dengan harapan mendapatkan ridlo Allah SWT dan semoga dapat menjadi amal jariyah dan ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan Akhirat kelak.

Dalam setiap ceramahnya selalu ditekankan pentingnya mempelajari dan memperdalam kitab suci Al-Qur’an Al-Karim. Bahkan pernah beliau mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah Guru Besar PRANA SAKTI yang hakiki. Karena itu setiap anggota Prana Sakti diwajibkan mempelajari kitab suci mukjizat terbesar yang dibawa Nabi Muhammad SAW ini.

Dalam rangka itu pula beliau memerintahkan agar setiap cabang Prana Sakti mengadakan pengajian Al-Qur’an agar pemahaman terhadap ajaran Islam semakin mantap dan kokoh dalam diri setiap anggota. Sejalan dengan itu, maka ilmu tenaga dalam Prana Sakti pun dengan sendirinya semakin tajam dan berkembang.

Terhadap murid-muridnya, beliau sangat kebapakan dan begitu akrab. Para murid diperkenankan memanggil beliau dengan panggilan akrab, Bang Asfan. Dengan cara ini beliau membina dan mengarahkan para murid agar menjadi orang yang taat beribadah dan berakhlak mulia serta berguna bagi nusa, bangsa dan agama.

ISLAM DAN PRANA SAKTI

Prana Sakti merupakan perguruan tempat belajar dan praktek melafazkan dengan mulut, menghayati dan hati kalimat tauhid, Laa ilaaha illallaah, serta melaksanakan konsekuensinya dalam perbuatan sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Dalam melaksanakan jurus, dalam hati selalu ingat kepada Allah SWT dan menyebut zikir dan kalimat tauhid tersebut. Prinsip latihan ini diperkuat oleh sebuah hadits qudsi yang mengatakan bahwa barang siapa yang yang memasuki benteng-Ku, ia aman dari siksaku (HQR. Abu Na’im, Ibnu Hajar dan Ibnu Asakir yang bersumber dari Ali bin Abi Thalib RA)

Olah raga yang dikembangkan dalam Prana Sakti bernafaskan Islam, berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits untuk membina keimanan, kesehatan serta beladiri terhadap gangguan manusia dan syetan yang sesat dan jahat. Itulah sebabnya sebelum latihan, dibuka dulu dengan berdo’a kepada Allah SWT mengharap ridlo dan pertolongan-Nya.

Pengertian bela diri menurut Prana Sakti, tidak sama persis dengan olah raga bela diri silat, karate, judo, taekwondo, kempo, dan sebagainya, karena dalam Prana Sakti tidak diajarkan jurus atau gerakan yang ditujukan untuk menyerang atau kontak secara fisik terhadap lawan.

Dengan memahami, menghayati dan mengamalkan kalimah tauhi Laa ilaaha illallaah dalam kehidupan sehari-hari, maka ummat Islam akan mendapatkan suatu kekuatan yang luar biasa, yaitu jiwa yang merdeka, bersih dan suci serta senantiasa dalam keadaan fithrah dalam iman kepada Allah SWT. Kemerdekaan sejati ini hanya akan diperoleh manakala kita hanya bertuhan kepada Allah semata. Mengesakan-Nya dan menjauhi perbuatan syirik, baik syirik besar maupun syirik kecil yang tersembunyi.

Ummat Islam dituntun pula untuk membawa bangsa Indonesia agar mampu bersaing dan mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa besar lainnya di dunia dalam era globalisasi ini. Untuk itu dibutuhkan tenaga dalam yang berintikan kalimah thayyibah Laa ilaaha illallaah. Dengan jalan ini insya Allah kita akan mendapatkan rahmat dan hidayah yang akan membawa kepada terbentuknya kesehatan jasmani dan rohani, keselamatan dan kebahagiaan lahir dan batin, dunia dan akhirat.

KELEBIHAN DAN PENGALAMAN
ANGGOTA PRANA SAKTI

Banyak keuntungan yang Insya Allah akan diperoleh oleh anggota Prana Sakti bila ia rajin dan berlatih dengan baik dan benar. Dan itu merupakan anugerah yang dilimpahkan Allah SWT kepada hamba-hambanya yang senantiasa ingat dan dekat denganNya.

Di antara kelebihan yang telah dirasakan oleh anggota, antara lain :

1. Lebih khusyuk dalam beribadah
2. Lebih percaya diri
3. Sehat jasmani dan rohani
4. Memiliki kekuatan untuk mengalahkan niat jahat manusia atau syetan serta makhluk lainnya yang sesat dan jahat.

Agar bisa memperoleh kelebihan-kelebihan tersebut, anggota sebagaimana layaknya seorang murid yang sedang menuntut ilmu (berguru), setelah selesai mengikuti latihan dasar Tingkat Kasaran, selanjutnya mesti belajar dan memperdalam ilmu agama dan tekun berlatih olah jurus-jurus sesuai dengan tingkatan ilmu bela diri tenaga dalam Prana Sakti. Di samping itu berusaha melaksanakan dengan amal perbuatan nyata segala apa yang dituntut oleh kalimah Tauhid yang telah terpatri di dalam dada.

PESAN GURU BESAR
PERGURUAN BELADIRI TENAGA DALAM ISLAM
PRANA SAKTI

Guru Besar Perguruan Bela Diri Tenaga Dalam Islam, Drs. KH. Asfanuddin Panjaitan, atau biasa dipanggil dengan panggilan akrab Bang Asfan, mantan ketua Lasykar Ampera Aris Margono, Angkatan 66 di Yogyakarta adalah seorang yang arif bijaksana dan selalu memberikan nasihat yang amat berharga bagi para muridnya. Sejak 5 Maret 1975 beliau memulai latihan bela diri tenaga dalam Prana Sakti berbentuk perguruan resmi dan terbuka (merupakan organisasi kemasyarakatan yang terdaftar pada Departemen Dalam Negeri).

Pada Perguruan Bela Diri Tenaga Dalam Islam PRANA SAKTI tidak ada kultus individu terhadap pemimpin dan Guru Besar. Anggota lama dan baru berderajat sama. Yang mulia di sisi Allah SWT adalah orang yang paling takwa kepada-Nya. Ukuran takwa hanya Allah SWT yang tahu. Yang jelas jalan untuk mencapai derajat takwa yang sebenarnya telah diungkapkan Allah SWT dalam Al-Qur’an dan telah pula ada penjabarannya yang lengkap dalam Al-Hadits.

Bang Asfan selalu mengingatkan para anggota agar selalu menjalankan perintah Allah SWT yang terkandung dalam Al-Qur’an Al-Karim dan Hadits Rasul. Inilah Kitab Suci Kalam Allah yang tidak ada keraguan di dalamnya, suatu petunjuk bagi siapa saja yang takwa kepada Tuhannya.

Beliau juga berpesan hendaknya para anggota mendirikan shalat, bukan sekedar mengerjakan untuk melepaskan kewajiban saja, melainkan harus tampak bekasnya dalam kehidupan sehari-hari. Bagi yang mampu jangan lalai menunaikan zakat. Dalam kehidupan bersikap sopan-santun, berakhlak mulia, hormat dan berbakti kepada iba dan bapak, serta berbuat baik/hormat kepada sesama hamba Allah SWT.

TENAGA DALAM
vs
SIHIR

Pada umumnya masyarakat kurang memahami betul apa yang dimaksud dengan ilmu tenaga dalam. Kesan yang mereka lihat kurang tepat akibat menyamaratakan bentuk-bentuk ilmu tenaga dalam yang dipertunjukkan oleh berbagai perguruan. Padahal hal-hal yang berbau klenik, sifatnya hanyalah campuran dari luar ke dalam ilmu tenaga dalam yang hakiki. Sebenarnya tenaga dalam merupakan fenomena alam yang berjalan di bawah Sunnatullah, karena itu ilmu ini adalah ilmu kebenaran dari Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Berilmu.

Tenaga dalam adalah perilaku hati/batin yang mendasari niat perbuatan atau tindakan seseeorang dan merupakan suatu bentuk perlindungan yang diberikan (dianugerahkan) Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa kepada manusia yang mau mempelajari dan membinanya. Potensi tenaga dalam telah bersemayam dalam setiap orang. Tinggal mereka sendiri yang menentukan apakah mau atau tidak memanfaatkan potensi diri yang merupakan rahmat tak ternilai dari Sang Khalik.

Di dalam paru-paru terdapat beribu-ribu pembuluh halus yang di ujung-ujungnya terdapat berjuta-juta kantong udara. Pembuluh-pembuluh halus ini sangat penting untuk menyerap udara bersih (oksigen) yang amat diperlukan dalam proses pembakaran di dalam tubuh. Apabila kantong-kantong udara ini tidak mendapatkan udara yang cukup, maka bisa mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit, antara lain : pilek, batuk , penyakit paru-paaru, penyakit jantung, lemah jiwa, daya tahan tubuh rendah dan sebagainya.

Di samping itu tubuh manusia juga memerlukan bioenergi yang bertenaga sangat halus. Tenaga bukan berupa molekul-molekul udara melainkan berbentuk tenaga murni yang sangat halus. Tenaga halus atau bioenergi ini biasa dikenal dengan sebut prana, chi, tenaga dalam dan lain-lain istilah.

Dalam berlatih, PRANA SAKTI mengajarkan kepada para muridnya, bagaimana merubah dan memperbaiki cara bernafas menjadi lebih sempurna, efektif dan efisien. Dengan metode latihan PRANA SAKTI peserta latihan dapat sekaligus menyerap oksigen dan prana lebih banyak ke dalam tubuh.

Jelaslah bahwa ilmu tenaga dalam berada di bawah Sunnatullah. Apalagi dalam jurus-jurus PRANA SAKTI dilambari pula dengan zikir kalimah thayyibah, sebagai pernyataan iman dan salah satu jalan konsentrasi yang paling ampuh.

Sedangkan ilmu sihir dikerahkan dengan bantuan tenaga syetan. Syetan meskipun mau memberikan bantuan, sehingga seseorang bisa berbuat sesuatu yang aneh, namun ia pasti minta syarat dan imbalan. Syarat paling umum yang diminta syetan kepada pemujanya adalah seseorang harus dan wajib melepaskan aqidah dan imannya kepada Allah SWT. Akibatnya ahli sihir dan orang-orang yang menuntut ilmu sihir jatuh dalam kemusyrikan. Kenyataannya dalam olah kanuragan dan mengembangkan kemampuannya, selalu diiringi dengan upacara atau ritual yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam.

Di samping itu ilmu sihir selalu bertujuan untuk menimbulkan kerusakan dan kehancuran di kalangan manusia. Tidak ada ilmu sihir yang bertujuan baik. Hal ini tampak jelas ketika ada pasien pergi ke dukun sihir, selalu diminta melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dan cenderung bersifat maksiat.

Itulah perbedaan yang jelas antara ilmu tenaga dalam dan ilmu sihir. Dari metode yang diterapkan dan dijalankan pada suatu perguruan, kita menentukan dan memastikan apakah perguruan itu bersifat syirik atau bukan.

Artikel ini bersumber dari :
PERGURUAN BELADIRI TENAGA DALAM ISLAM
PRANA SAKTI
SEHAT LAHIR BATIN, SELAMAT DUNIA AKHIRAT

Sejarah Singkat Aliran Silat Sera


Menghaturkan salam hormat kepada Para Guru Pancaserra, khususnya Guru Silat Sera saya, Bapak Muhammad Siddik, ijin untuk mempublikasikan tulisan Sejarah Singkat Silat Sera. Seperti pula telah dipublikasikan dalam Forum sahabatsilat.com

Bismillahirrahmanirrahim

Sejarah Singkat Aliran Silat Sera
(Berkembang menjadi Perguruan Pencak Silat Pancassera)
Sumber : H. Cucu Sutarya, SH (Guru Besar/Pembina Utama).
Bermula dari kabilah-kabilah Gujarat Persia yang pada abad ke XVI dating ke daerah aceh, selain berniaga mereka juga membawa dan menyebarkan agama serta kebudayaan Islam. Pada abad ini agama Islam mulai masuk ke tanah Aceh. Saudagar-saudagar tersebut mendapat pengetahuan agama dan kebudayaan dari Syekh Sayyidina Ali r.a. Beliau adalah sahabat dan sekaligus menantu Rasulullah Muhammad SAW. Beliau dikenal sebagai seorang ahli dalam strategi perang, terampil dalam mengolah raga, terutama dalam permainan pedangnya yang selalu membuat ciut nyali lawan-lawannya, terutama musuh Islam pada saat itu. Tak heran jika kemudian beliau dijuluki dengan julukan Syaifullah ( Si Pedang Allah).
Saudagar-saudagar inilah yang membawa pengetahuan agama dan kebudayaan itu hingga sampai ke tanah Aceh. Hubungan mereka dengan penduduk asli terjalin dengan baik, terbukti kemudian dengan munculnya seorang tokoh sufi setempat yang dikenal dengan sebutan Nyai Panjate. Nama asli Nyai Panjate adalah Hajja Cut Suriah binti Teuku Syamannur. Suaminya bernama H.Teuku Kaharuddin Solehuddin. Kedua suami istri tersebut mempelajari ilmu agama dan kebudayaan (ilmu silat) dari Kabilah Gujarat Persia. Salah seorang guru mereka adalah murid dari keturunan murid Syekh Sayyidina Ali r.a (Wallahu alam).
Ketika tentara colonial Belanda (VOC) masuk ke tanah Aceh pada tahun 1752 M, kedua suami istri tersebut bekerjasama dengan para pendekar silat lainnya mengadakan perlawanan bersama rakyat untuk mengusir tentara belanda dari bumi Aceh. Pada mulanya mereka berhasil memukul mundur pasukan Belanda, namun dengan siasat licik dengan cara mengadu domba diantara rakyat Aceh, maka tentara Belanda dapat mengetahui kelemahan suami Cut Suriah tersebut. Akhirnya pada saat yang naas bagi Teuku Kaharuddin Solehuddin, Belanda dapat menembak roboh beliau dengan peluru emas, maka gugurlah beliau sebagai seorang syuhada.
Setelah suaminya gugur, Hj. Cut Suriah hijrah ke dalam hutan + 35 km ke pedalaman daerah Bireun. Beliau mengasingkan diri sebagai seorang sufi. Pada waktu sedang hamil muda + 2 bulan. Dalam kehidupan sebagai seorang sufi kebutuhan hidup beliau bergantung kepada alam di sekitarnya. Sesekali beliau berburu dengan alat sedanya, beliau sering menolong orang-orang yang sedang mencari kayu atau hasil hutan lainnya, yang sering digangggu binatang buas seperti harimau, ular, buaya dan lain sebagainya. Sudah sering beliau menyelamatkan orang-orang yang diganggu binatang buas, kemudian lenyap tanpa meningggalkan jejak. Dari mulut ke mulut orang-orang yang pernah ditolongnya mengatakan bahwa adanya wanita berkerudung rapi dengan ilmu silatnya yang tinggi sanggup melumpuhkan binatang buas yang menyerang para pencari hasil hutan, hanya dengan beberapa gerakan saja. Yang karena keahliannya yang sangat mengagumkan sehingga terkenal sebagai seorang wanita berkerudung yang misterius sering menolong tanpa pamrih, kemudian pergi tanpa diketahui identitasnya. Sifat pendekarnya membuat dicari orang untuk berguru, tetapi karena yang masih buas sehingga banyak yang menjadi korban sebelum sampai ke tujuan.
Sekitar abad ke XVII, datanglah seorang laki-laki bernama Bapak Sera, beliau adalah seorang yang gemar sekali bertualang. Dalam petualangannyabeliau banyak sekali menimba ilmu agama dan silat dari berbagai daerah, disamping berniaga sebagai mata pencariannya. Beliau selalu merasa bahwa ilmunya masih saja kurang. Ketika beliau sedang berada di daerah Riau, beliau mendengar berita yang tersiar akan keperkasaan wanita meisterius itu yang membuat Bapak Sera bertekad untuk mencarinya ke tanah Aceh. Untuk mencapai tujuannya, tentu saja harus melalui perjuangan yang amat berat, harus bertarung dengan harimau, ular, babi hutan, begitu juga harus berhadapan dengan buaya setiap menyeberangi sungai. Jarak yang hanya sekitar 30 km itu harus dicapai selama 3 bulan. Seandainya tidak berbekal ilmu silat, mustahil dapat mencapai tujuan.
Rupanya segala sepak terjang Bapak Sera sudah diketahui oleh Ibu Hj. Cut Suriah. Ketika Bapak Sera sedang tertidur lelap terdengar suara takbir adzan dari Hj. Cut Suriah yang dikeraskan, tanda waktu shalat Shubuh telah tiba. Dari atas pohon besar Bapak Sera melihat seorang berkerudung kuning dengan menggendong anak dipunggungnya turun, untuk melaksanakan Shalat Shubuh. Kemudian Bapak Sera pun turun daripohon dan mengucap salam, dibalas salamnya. Kemudian mereka melakukan shalat dengan berjamaah. Sebagai seorang pendekar dan ahli sufi, semua sepak terjang dan tujuan dari Bapak Sera sudah diketahui oleh Hj. Cut Suriah. Sekitar tiga bulan Bapak Sera melayani Hj. Cut Suriah, barulah dengan perjuangan yang ulet mulailah diajarkan ilmu silat oleh Hj. Cut Suriah pada siang hari dan ilmu agama pada malam harinya. Setelah sekitar satu setengah tahun Bapak Sera berlatih, datanglah seorang pemuda yang terdampar, konon khabarnya dari tanah Sulawesi, bernama Lago dan menjadi adik seperguruan dari Bapak Sera.
Kurang lebih 6 tahun berguru kepada Hj. Cut Suriah, Bapak Sera baru mengetahui nama asli gurunya tersebut. Nyai Panjate adalah julukan yang diberikan Bapak Sera, karena setiap menyusui anak perempuannya dengan terbungkus rapi selalu dikebelakangkan. Hj. Cut Suriah bersumpah bahwa putrinya itu tidak akan pernah dilatihilmu silat. Atasm anjuran Sang Guru, Bapak Sera dan Bapak Lagoa dianjurkan untuk kembali pulang ke tanah asalnya karena ilmu yang didapat telah dinilai cukup. Mereka kembali ke tanah Jawa, Bapak Sera ke Bogor dan Bapak Sera ke Tanjung Priuk, tepatnya daerah Lagoa sekarang, daerah itupun berasal dari nama beliau karena wafat dan dimakamkan disana.
Dalam pengembaraannya, Bapak Sera bertemu dengan dengan seorang pedagang kain dari Mongol yang bernama Yu Sak Liong, yang kemudian menjadi majikan Bapak Sera dalam berniaga. Bah Yu Sak Liong adalah seorang Muslim yang lebih dikenal dengan nama Bah Yusa. Mereka berniaga berkeliling sampai ke tanah Aceh. Awal perkenalan mereka dimulai ketika saat Bapak Sera sedang menurunkan bal gulungan kain, tiba-tiba, satu gulungan kain tersebut jatuh dan akan menimpa dirinya. Namun dengan gerakan tangannya, Bapak Sera berhasil menagkis bal gulungan kain tersebut, hingga bal gulungan kain tersebut yang beratnya puluhan kilo tersebut mental terkena tangkisannya dan tak sengaja melayang menuju kea rah BahYusa. Namun dengan gerakan kakinya, Bah Yusa menyambut bal gulungan kain tersebut dan menendangnya kearah tempatsemula. Bah Yusa sangat kagum menyaksikan gerakan Bapak Sera yang hanya dengan sedikit saja menggerakan tangan, dapat menyelamatkan diri, karena jika orang lain yang mengalaminya pasti sudah cedera berat. Akhirnya mereka berkenalan dan sepakat untuk tukar pikiran dalam hal ilmu mereka masing-masing.
Bah Yu Sak Liong ahli dalam beladiri menggunakan kaki sesuai dengan negeri asalnya yakni Mongol, sedangkan Bapak Sera ahli dalam menggunakan tangan. Mereka mengadu ilmu kurang lebih tiga hari tiga malam, dengan istirahat untuk mengerjakan shalat. Tak ada yang unggul dalam adu ilmu tersebut, Bah Yu Sak Liong hangus kakinya, sedangkan Bapak Sera hangus pula tangannya. Akhirnya mereka sepakat untuk mengabungkan ilmu mereka. Sejak saat itu maka bertambahlah ilmu silat Bapak Sera dan Bah Yu Sak Liong. Ilmu mereka kemudian dikenal dengan Aliran Sera, sesuai dengan nama penemunya yaitu Bapak Sera. Bah Yu Sak Liong kemudian kembali ke Mongol dan Bapk Sera meneruskan pengembaraannya.
Suatu ketika Bapak Sera menyaksikan seorang pedagang kain keliling dari Cina Shantung sedang dikeroyok olehsekelompok penyamun yang bermaksud merampoknya, namun Cina tersebut dengan gesit dan lincah dapat mengalahkan para penyamun tersebut dengan hanya bersenjatakan meteran kainnya sebagai senjata toya. Permainan toyanya sangat mengagumkan, sampai-sampai bapak sera tidak beranjak dari tempatnya menyaksikan permainannya. Namun naas bagi Cina tersebut, ketika sedang bertarung, kakinya dipatuk seekor ular berbisa. Dia pinsan dan ditolong dan diobati oleh Bapak Sera hingga sembuh. Sebagaitanda terima kasih, Cina tersebut meberikan seluruh kain dagangannya kepada Bapak Sera, namun ditolak, meskipun demikian Bapak Sera tidak dapat menyembunyikan keinginannya untuk belajar ilmu toyanya.
Maka dengan senang hati Cina Shantung tersebut mengajarkan ilmu toyanya kepada Bapak Sera dan dalam waktu singkat telah dapat dapat menguasai ilmu toya tersebut. Malah sebelum Cina Shantung tersebut kembali ke negeri asalnya, dia berkenan menurunkan seluruh ilmunya kepada Bapak Sera dan mereka berdua mengangkat saudara. Bapak Sera mengembangkan ilmunya sesuai dengan keadaan waktu itu, konon khabarnya beliau bermukim hingga wafat dimakamkan di Tegal Harendong Rumpin Ciampea Bogor.
Salah seorang murid Bapak Sera yang paling menonjol adalah Bapak Mursyid atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bah Ocid yang berasal dari Kebonmanggis. Beliau inilah yangmengembangkan Aliran Sera pada abad ke XVIII di daerah Bogor dan sekitarnya. Ciri-ciri fisik Bah Ocid, tinggi sekitar 157 cm, rambut panjang sebahu, kuku tangan dan kaki sekitar 7 cm, sehingga kalau berjalan, aka nada bekas kuku kakinya menggores jalan yang dilaluinya. Tak banyak hal ikhwal Bah Ocid, untuk lembih komplitnya kami masih berusaha mencari datanya dari berbagai sumber. Konon Bah Ocid ini selain menguasai Silat Sera, juga mempelajari ilmu istijrad. Kuku tangan dan kakinya dibiarkan panjang karena tak bias dipotong, begitu pula rambutnya, mandi hanya dapat dilakukan setahun sekali yakni pada Bulan Maulud, hal ini disebabkan ilmu istijradnya tersebut yang menyebabkannya. Pantangan ini kalau dilanggar akan menyebabkan badan Bah Ocid menjadi hitam dan gatal-gatal. Jika Bah Ocid sedang tidur, tak seorangpun berani membangunkannya, sebab dapat berakibat fatal, karena refleknya yang sudah menyatu, walaupun sedang tidur, Bah Ocid dapat membuat orang yang membangunkannya jatuh tunggang langgang. Kalau terpaksa orang yang membangunkannya harus memakai galah atau tongkat panjang, itupun bisa patah-patah karena refleknya.
Sepengetahuan Bapak Sera bahwa Hj. Cut Suriah tidak pernah mengajarkan ilmu hitam, adapun ilmu-ilmu hitam yang dipunyai oleh Guru-guru Sera adalah hasil pelajaran dari Guru-guru sebelumnya, karena berguru Silat Sera, fisik harus kuat dahulu, seperti Bah Ocid, sebelumnya sudah mempunyai ilmu kebal, kejayaan, Batara Karang dan lain sebagainya.
Peristiwa Bapak Sera rupanya juga dialami oleh Bah Ocid, yakni pernah mengadu ilmu dengan seorang Cina seorang pedagang koyo bernama Babah Tong, yang juga mahir ilmu silat. Merekamengadu ilmu di pinggir kali Cipakancilan di Jalan Paledang, di depan Asrama Tentara yang sekarang menjadi Kantor Dinas Pekerjaan Umum Propinsi. Babah Tong mengakui keunggulan Bah Ocid, setelah itu hubungan mereka tetap berjalan baik. Babah Tong menganggap Bah Ocid sebagai kakak sperguruannya. Kata Pabaton sekarang adalah berasal dari nama beliau, karena tinggal disana. Bah Ocid banyak mempunyai murid, tetapi jarang yang sampai kepada ajaran terakhirnya yaitu yang disebut Sera Geni, Gerak Rasa Sera, Rasa Diri Sera dan Sera Manjak Pamungkas, yang merupakan filsafat Silat Sera. Kebanyakan hanya sampai pada Langkah Opat Lipet, Kombinasi dan Tilu Eusi (Tiga Isi) beserta fungsinya atau istilah Ajaran Sera disebut Rusiah (Rahasia).
Dalam hal ini hanya Bapak H. Ali Yoenoes Bin Kartadiredja, yang sampai kepada Langkah Pamungkas. Beliau sebelum menjadi murid Silat Sera dari Bah Ocid terlebih dahulu banyak belajar dari guru-guru silat terkenal di seluruh Tanah Jawa, diepkirakan tidak kurang dari 11 (sebelas) orang gurunya. Dengan bermodalkan silat-silat itulah baru dapat berguru kepada Bah Ocid, konon khabarnya, setiap beradu fisik dengan Bah Ocid, kalau tidak berilmu tentulah anggota badan yang terkena benturan akan menjadi hitam legam (tampak hangus). Bapak H. Ali Yoenoes berasal dari Jombang, Jawa Timur, beliau malang melintang di dunia persilatan sejak abad ke XVII dan XIX, karena beliau panjang umurnya sampai mencapai usia 103 tahun. Beliau pernah dicoba oleh para pendekar berbagai daerah, namun Alhamdulillah belum pernah kalah. Dahulu Pemerintah Kolonial Belanda sengaja mengadu domba para pendekar silat. Mereka diharuskan bertarung sampai mati, dengan perjanjian tidak ada tuntutan apapun dari pihak keluarga korban, dibawah panggung sudah disediakan keranda mayat. Belanda sengaja mengadakan hal tersebut dengan maksud agar para pendekar silat tersebut tumpas dengan sendirinya, hingga tidak ada yang ditakuti lagi oleh pihak Belanda. Acara tersebut diadakan setiap tahun bertempat di dalam Istana Kebun Raya Bogor, dalam memperingati Ulang Tahun Ratu Belanda, Ratu Wilhemina.
Pada awal mulanya Bapak H. Ali Yoenoes tidak menyadari siasat licik dari pihak Belanda tersebut, maka pada setiap bertanding beliau pasti membunuh lawannya, tak kurang, 19 orang mati ditangannya. Tetapi akhirnya beliau menyadari akan hal ini, maka setiap kali bertarung, beliau tidak sampai membunuh lawannya yang kalah, namun cukup hanya dilukai saja dan kemudian menyuruh lawannya tersebut untuk melarikan diri. Tindakan ini lama kelamaan tercium juga oleh pihak Belanda dan akhirnya Bapak H. Ali Yoenoes untuk selanjutnya tidak diperkenankan ikut pertandingan lagi, malahan beliau ditahan selamapertandingan berlangsung. Para pendekar yang beliau selamatkan pada pertandingan tersebut, setiap Hari Idhul Fitri dan Bulan Maulud selalu berkumpul dan bersilaturahmi di rumah Bapak H. Ali Yoenoes di Gang Selot Paledang, sebagai rasa syukur dan tanda terima kasih telah diselamatkan nyawanya. Bapak H. Ali Yoenoes belajar silat pada Bah Ocid sekitar 9 tahun dan beliau melatih selama 21 tahun.
Bapak H. Ali Yoenoes menunaikan ibadah haji pada tahun 1969. Salah seorang putra beliau yang turut mengembangkan Silat Sera adalah Bapak Abdulrachman, atau lebih dikenal dengan sebutan Pak Komang dan di dunia persilatan dijuluki Si Girimis, karena kecepatan tangan beliau yang kalau mencecar lawan seperti hujan gerimis, putra lainnya adalah H. Rachmat atau lebih dikenal dengan nama Pak Memet. Bapak H. Ali Yoenoes bin Kartadiredja meninggal pada tahun 1971 dalam usia 103 tahun, yang kemudian disusul oleh putranya yakni Bapak Abdulrachman pada tahun 1983 dalam usia 64 tahun.
Salah satu murid yang dilatih oleh Bapak H. Ali Yoenoes dan Pak Komang adalah Bapak H. Cucu Sutarya, SH Bin Tubagus Baban Sidik Ismaya. Beliau mulai berlatih pada Bapak H. Ali Yoenoes sejak tahun 1957 hingga tahun 1968 dan mengembangkannya hingga sekarang. Bapak H. Cucu Sutarya, SH menunaikan ibadah haji pada musim haji tahun 1998, sekitar bulan Maret-April (Tahun 1418 Hijriah). Beliau pernah pula menimba ilmu dari berbagai sumber lain seperti karate (Dan II Internasional) yudo, tinju (pernah juara tinju kelas bantam pada PON di Surabaya), kuntau, yuyitszu, dan silat dari perguruan lain seperti Aliran Cikalong, Syahbandar, Pamacan, Cimande, Ajrak. Hal ini dilakukan atas anjuran dari Bapak H. Ali Yoenoes sebagai bahan pembanding dan sebagai ilmu tambahan saja, tetapi loyalitas tetaplah terpusat pada Silat Sera yang kemudian beliau kembangkan menjadi Perguruan Pencak Silat PANCASSERA (Lima Silat Sera, yaitu Sera Banyu, Sera Ringkus, Sera Bayu, Sera Putih dan Sera Geni). Khusus untuk para Pelatih diajarkan Gerak Rasa dan Rasa Diri sebagai Langkah (Jurus Panjang) terakhir dari Aliran Silat Sera. Bapak H. Cucu Sutarya, SH mendapat kepercayaan langsung dari Bapak H. Ali Yoenoes untuk meneruskan perguruan. Beliau resmi mulai melatih sejak tahun 1968 di Bandung dan di Garut, kemudian di Bogor sampai sekarang. Hanya kepada beliaulah Bapak H. Ali Yoenoes menurunkan seluruh ilmunya hingga tuntas untuk dikembangkan dan diteruskan. Dengan demikian pewaris dan penerus satu-satunya adalah Bapak H. Cucu Sutarya, SH.

Guru-guru lain dari Bapak H. Cucu Sutarya, SH adalah :
1. H. Adra’I Cianjur Selatan (Pengurutan dan Patah Tulang)
2. Kyai H. Baing Bakri Pasarean Cianjur (Cikalong)
3. Bah Rumanta Garut (Syahbandar)
4. Bah Djadja Gunungbatu Bogor (Pamacan)
5. Bah Maun Dreded Bondongan (Sera Pamacan)
6. Bah Enuh Tarogong Garut (Ajrak)
7. Liem Sen Thong Bogor (Kuntau dan Akunktur)
8. Meneer Ong Bogor (Yudo dan Yuyitszu)
9. Mr. Matsunaga Osaka Jepang (Karate)
10. Endang Ukaedi Bogor (Tinju)

Perguruan Silat Pancassera menjadi anggota IPSI pada tahun 1976. Sampai saat ini perguruan telah banyak berkembang, bahkan sampai keluar Pulau Jawa yakni di Kalimantan dan Maros, Sulawesi Selatan. Di Jawa sendiri Silat Sera tersebar luas, mulai dari Garut, Bandung, Bogor, Sukabumi, Depok, Jakarta dan di mancanegara di Amerika Serikat, Norwegia dan khusus di Belanda ada murid Bapak H. Ali Yoenoes yaitu Keluarga Van de Vries.
Pada perguruan Silat Pancassera khusus diajarkan :
• Ilmu beladiri Sera tangan kosong
• Ilmu beladiri senjata : golok tunggal, golok ganda, gobang (sejenis pedang), gada, toya panjang, toya pendek, ruyung pendek, ruyung panjang, toya pendek, toya panjang, trisula, tongkat rantai dua, rantai tiga (double stick, triple stick), pisau terbang, cambuk, cemeti, clurit dan kombinasi senjata-senjata tersebut)
• Pengurutan keseleo, patah tulang.
• Tusuk jari, tusuk jarum (akupunktur.
• Peramuan obat-obatan tradisional.
• Seni pernapasan.

Kami menghimbau kepada para pengembang Aliran Silat Sera untuk dapat bersilaturahmi dengan Perguruan-perguruan Silat Sera lainnya dimana saja berada, apapun nama perguruannya dengan Perguruan Pencak Silat PANCASSERA yang sumbernya sama. Dimana khas Silat Sera yaitu jurus-jurusnya banyak dikenal dengan jurus dari huruf Arab dan Cina, seperti : Alif, Ba, Lam Alif (dari huruf Arab), Bekuih, Lokbeh (Loh Beh), Wa Lung Wang (Balungbang, dari Bahasa Cina) dan lain sebagainya.
Demikian Sejarah singkat Aliran Silat Sera yang kini bernama PERGURUAN PENCAK SILAT PANCASSERA, wallahu alam (Hanya Allah Yang Maha Tahu), akan segala kejelasan serta kebenarannya.

SUSUNAN PENGURUS
PERGURUAN PENCAK SILAT PANCASSERA

PEMBINA/PELATIH UTAMA : H. CUCU SUTARYA, SH
P E L I N D U N G : Mayor Jenderal (Purn) H. AMIR TOHAR
KETUA UMUM : H. SUPARNI
SEKRETARIS JENDERAL : R. SOEPRAPTO DJOJOPOESPITO
WAKIL SEKRETARIS JENDERAL : MUHAMMAD SIDIK
BENDAHARA I : H. SUPARDI
BENDAHARA II : EENG SUHERMAN
KEPALA BIDANG ADMINISTRASI : Drs. MACHMUD DJAKSAN
KEPALA BIDANG TEKHNIK : Drs. ADEH DJAJADI

Ditetapkan pada tanggal 27 Nopember 2005, bertempat di Gedung Pertemuan Balai Besar Industri Agro, Jalan Ir. H. Juanda Bogor.

Ditulis kembali oleh :
Muhammad Sidik, Sabuk Hitam Tingkat II, Cabang Gas Alam Cimanggis Depok.
Komplek Departemen Penerangan/Harapan Baru Taman Bunga Blok G.08 RT.004 RW.010 Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Cimanggis, Kotamadya Depok 16954