SEJARAH
PERGURUAN BELADIRI TENAGA DALAM ISLAM
PRANA SAKTI
Perguruan Bela Diri Tenaga Dalam Islam PRANA SAKTI adalah seni bela diri tenaga dalam warisan leluhur bangsa Indonesia yang jurus-jurusnya baik di tingkat dasar maupun di tingkat terakhir berkembang sedemian rupa tanpa campuran dari jurus aliran silat manapun baik dari dalam maupun luar negeri.
Ketika Angkatan 66 bangkit menegakkan Orde Baru, menumpas PKI, tidak sedikit generasi muda yang tergabung dalam angkatan 66 harus berhadapan secara fisik dengan antek-antek Partai Komunis Indonesia (PKI).
Ketika itu, tampillah seorang pemuda, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai Ketua Lasykar Aries Margono. Pemuda tersebut bernama Asfanuddin Panjaitan. Bersama rekan-rekannya, mahasiswa UGM, dengan semboyan kuliah sambil berjuang menegakkan Orde Baru, bergabung dengan seluruh kekuatan Angkatan 66 di seluruh Indonesia. Pengalaman demi pengalaman yang ia rasakan membuatnya semakin sadar betapa pentingnya ilmu bela diri dalam menghadapi PKI besrta antek-anteknya yang sadis, biadab dan tidak berperikemanusiaan. Itulah sebabnya, sementara ia meminmpin Laskar Aries Margono, bersama beberapa teman seperjuangannya yang lain, ia memperdalam Ilmu Bela Diri Tenaga Dalam Prana Sakti, yang ternyata dikuasainya dengan sangat baik. Ketika itu, ilmu tenaga dalam Prana Sakti belum dilembagakan dalam suatu bentuk perguruan yang resmi. Beliau bersama rekan-rekannya berguru langsung kepada Guru Besar-nya yang berdiam di Yogyakarta.
Sepak terjangnya dalam menumpas antek-antek komunis dalam G 30 S/PKI sangat mengesankan. Itulah sebabnya Asfanuddin Panjaitan pemuda asal Sumatera Utara ini mendapatkan kesempatan dari Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) untuk mengikuti latihan terjun payung komando di Batujajar. Pada waktu itu Komandan RPKAD adalah Sarwo Edie Wibowo. Setelah anak-anak muda ini selesai mengikuti latihan, mereka dilantik oleh seorang tokoh senior ABRI yang kharismatik, yang kelak dipilih oleh rakyat menjadi Presiden dan bahkan kini bergelar Bapak Pembangunan, Bapak Soeharto. Pemuda Asfanuddin Panjaitan mendapatkan penghargaan dan tercatat dalam Lembaran Negara, karena mendarat tepat pada titik tuju di depan panggung kehormatan.
Waktu berjalan terus, perjuangan demi perjuangan mereka laksanakan bahu-membahu dengan ABRI dan rakyat,hingga pada akhirnya pemuda tadi berhasil menyelesaikan studinya di Fakultas Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Pengalaman demi pengalaman yang didapatkan Drs. Asfanuddin Panjaitan menimbulkan kecintaan yang semakin mendalam terhadap generasi muda. Ia menyadari bahwa untuk mencapai cita-cita kemerdekaan dibutuhkan generasi muda ang tangguh dan terampil, PKI tidak boleh kembali lagi, ujarnya dengan semangat AMPERA. Akan tetapi ternyata dilihatnya generasi muda Indonesia menghadapi krisis penyalah-gunaan narkotika dan obat-obat terlarang lainnya. Kemerosotan moral itu membuat hatinya gundah. Apakah para generasi muda tidak menyadari bahwa perbuatan tersebut tanpa disadari akan meruntuhkan sendi-sendi bangsa Indonesia. Sangat boleh jadi dibalik tindakan peredaran narkotika dan obat-obat terlarang itu tersembunyi niat busuk dari bangsa lain yang hendak menghancurkan bangsa Indonesia. Melihat keadaan itu, marahnya kepada PKI dan di sisi lain cintanya kepada generasi muda, membulatkan tekadnya untuk bergerak dalam dunia pendidikan. Paham komunis dan segala tipu-daya tidak boleh sedikitpun menyentuh jiwa generasi muda. Pemuda harus dibentengi dengan iman dan takwa yang benar-benar terpatri dalam diri dan tercermin dalam segala perbuatan,sikap, tingkah laku, dan pandangan hidup.
Namun ia bukanlah seorang santri, ia bukan pula sarjana IKIP, ia adalah sarjana Sospol. Tetapi ia menguasai ilmu bela diri tenaga dalam. Sementara itu, ia harus tetap menjalankan tekadnya tersebut. Ia pun berpikir dan berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya yang sangat mendalam tentang ilmu tenaga dalam, ia yakin bahwa ilmu ini dapat dimanfaatkan dalam rangka membina iman dan takwa. Tetapi pandangan masyarakat tentang ilmu tenaga dalam masih belum jelas. Sebagian besar masyarakat menganggap tenaga dalam itu perbuatan musyrik. Mereka tanpa pemikiran mendalam, memandang sama semua perguruan tenaga dalam yang ada ketika itu. Padahal masing-masing perguruan tenaga dalam tidak sama prinsip, metode dan jiwanya. Ada perguruan yang bergantung pada kekuatan syetan dengan menjalankan ritual-ritual yang bertentang dengan ajaran Islam. Ada pula yang murni gerakan-gerakan fisik. Sangat sedikit sekali, perguruan beladiri tenaga dalam yang bernafaskan Islam. Akibat ketidakpahaman masyarakat, akhirnya mereka mencampur-adukkan dan menyamaratakan segala bentuk ilmu tenaga dalam dengan menganggap sebagai syirik. Ini kekeliruan yang sangat besar dan tak dapat dimaafkan.
Lama masalah ini dipertimbangkannya. Sampai pada akhirnya ia berketetapan hati untuk menemui Buya Hamka, KH. Ali Maksum dan KH. AR. Fachruddin. Kepada ketiga tokoh ahli agama Islam inilah ia berkonsultasi. Ketiga tokoh inipun dengan segala sifat kebapakan, dengan ketajaman pandangan dan pemikiran serta kedalaman ilmu yang tak diragukan lagi, bukan hanya sekedar memberikan kritik, usul dan saran tetapi juga mencuci dan membersihkan ilmu yangakan dikembangkan oleh Asfanuddin Panjaitan dari hal-hal yang berbau syirik dan hal-hal yang tidak Islami.
Bang Asfan, begitu ia biasa dipanggil dengan sebutan akrab, lantas mengadakan perubahan dalam ilmu tenaga dalam Prana Sakti yang telah diperoleh dari Gurunya. Dengan adanya pembaharuan itu, maka keampuhan jurus-jurus Prana Sakti harus diujicoba ulang. Alhamdulillah berkat ridlo Allah, justeru setelah disesuaikan dengan ajaran-ajaran Islam, jurus Prana Sakti semakin tajam dan dapat dijadikan metode alternatif untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan lahir batin dan dunia akhirat. Metode tersebut diperkuat pula dengan ikrar Prana Sakti :Apapun yang terjadi, sampai saya mati, saya (tetap) berpegang kepada Laa Ilaaha Illallaah. Jadi tampak jelas bahwa ilmu Prana Sakti sejalan dengan Islam. Bahkan sebuah pernyataan yang dari Rektor IAIN Raden Intan Lampung , Drs. P. Tahriri Fatoni, menegaskan bahwa ilmu yang dikembangkan oleh Prana Sakti merupakan ruh tauhid.
Jurus-jurus yang diajarkan oleh Prana Sakti, tanpa disadari oleh para anggotanya, membawa dampak yang sangat baik bagi kebersihan jiwa dan pengembangan kepribadiannya sesuai dengan Sunnatullah. Manfaat yang dapat diperoleh apabila rajin berlatih dengan jurus-jurus Prana Sakti, antara lain :
1. Menumbuhkan semangat persaudaraan dan persatuan.
2. Menanamkan akhlak mulia.
3. Upaya pensucian batin (jiwa).
4. Memperkuat ketahanan jiwa terhadap segala bentuk tekanan jiwa dengan tumbuhnya sifat sabar, tabah, berjiwa besar dan rendah hati.
5. Membina dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia baik fisik maupun mental.
Untuk memahami jurus-jurus Prana Sakti, seseorang harus benar-benar memahami ilmu tauhid, yaitu ilmu yang berkenaan dengan ke-Esaan Allah, baik Esa dalam Sifat, Zat maupun Perbuatan-Nya. Jiwa dan raga secara bersamaan harus menunjukkan manifestasi iman dalam perbuatan nyata dalam bentuk takwa. Dari sini lahirlah sikap dan perbuatan yang berjalan dalam hukum-hukum alam atau Sunnatullah. Sikap yang seperti inilah yang disebut sebagai sikap orang shaleh, yaitu sikap orang-orang yang senantiasa menuruti aturan alam yang telah ditentukan oleh Allah SWT sejak zaman azali ketika alam semesta ini diciptakan. Demikianlah ternyata jurus-jurus Prana Sakti sebenarnya mengikuti hukum alam atau Sunnatullah ini. Sedangkan inti jurus-jurus Prana Sakti adalah kalimat tauhid, yaitu : Laa ilaaha illallaah, pernyataan dan ikrar iman kepada Allah SWT. Itulah sebabnya, dengan menuntut ilmu tenaga dalam Prana Sakti berarti mengembangkan diri agar menjadi orang Islam yang beriman dan beramal shaleh. Iman dan amal shaleh merupakan dua serangkai yang tak boleh dipisahkan agar dapat menjadi muslim yang kaffah, orang yang Islam secara total dan menyeluruh. Dengan prinsip tersebut, Prana Sakti mengambil perannya dalam membina manusia muslim-muslimat yang tangguh dan berakhlak mulia.
Jurus-jurus Prana Sakti tersusun dalam jenjang-jenjang bertingkat. Semakin sempurna dan semakin tinggi jurus-jurus yang telah dicapai seorang anggota, sejalan dengan itu, semakin bertambah pula pemahaman akan ajaran agama Islam yang mungkin tanpa disadari ia lakukan dalam amal perbuatan dan sikap hidupnya. Inilah sistem pendidikan agama Islam yang sungguh unik. Dengan kata lain kenaikan tingkat dan bertambahnya jurus-jurus, berarti peningkatan dalam iman dan takwanya. Bukan hanya peningkatan dalam ibadah mahdlah, seperti shalat, puasa, zakat dan haji (bagi yang mampu), tapi lebih jauh dari itu, ia akan paham tentang hikmah dan hakikat yang tersembunyi di balik semua bentuk ibadah tersebut. Raga melakukan ritual ibadah, kesannya terpatri dalam jiwa. Kesan dalam jiwa inilah yang mampu mengendalikan dan mengarahkan amal perbuatannya sehingga sesuai dan sejalan dengan ajaran Islam. Barangkali ia tidak tahu tentang suatu ayat atau hadits, meskipun ia telah menjalankannya.
Namun alangkah baik lagi bila ia lengkapi pula dengan belajar ilmu agama Islam, agar amalnya lebih bernilai dan bermakna. Karena itu tidak heran apabila setiap anggota Prana Sakti diajak terus-menerus agar rajin menuntut ilmu agama baik langsung maupun tidak langsung, lisan maupun tulisan. Salah satu jalannya adalah dengan mempelajari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sebagai motivasi agar para anggota mau belajar Al-Qur’an, setiap kenaikan tingkat diadakan test membaca dan menterjemahkan surah al-Fatihah dan al-Ikhlash, dan membaca kitab suci Al-Qur’an. Semua itu dijadikan prasyarat bagi siapa saja yang hendak naik tingkat.
Kepada para anggota Prana Sakti selalu dikatakan bahwa Guru Besar Prana Sakti adalah Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah kalam atau perkataan Allah yang menjelaskan makna serta konsekuensi yang harus dilakukan bagi siapa saja yang telah berikrar Laa ilaaha illallaah. Kalimah Thayyibah ini adalah inti isi kandungan Al-Qur’an, bahkan inti dari ajaran agama yang dibawa oleh para nabi sejak dari Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad SAW. Jadi untuk memahami Prana Sakti, wajib memahami isi kandungan Al-Qur’an dan Sunnatullah. Dalam Al-Qur’an sebagai ayat-ayat tanziliyah dan pada alam semesta sebagai ayat-ayat kauniyah, terdapat kebenaran mutlak dan pasti tanpa keraguan sedikitpun. Kedua macam ayat ini saling terkait satu sama lain dan tidak mungkin bertolak belakang.
Karena itu, anggota paripurna Prana Sakti, yaitu anggota yang telah mencapai tingkat Payung Rasul, adalah anggota yang harus telah mampu menatap dan memandang alam ini baik yang zhahir maupun batin, dengan kaca mata Al-Qur’an. Pada taraf ini kebiasaan memandang Al-Qur’an dengan kacamata awam, harus dirubah dan dibalik, yakni pandanglah alam ini dengan kacamata Al-Qur’an karena Al-Qur’an apabila dijabarkan dengan benar sebenarnya merupakan cerminan dari alam semesta baik yang fisis maupun metafisis. Al-Qur’an bukan sembarang kitab. Ia adalah kitab yang benar karena datang dari Allah Yang Maha Benar, Pencipta alam semesta.
Jurus-jurus Kasaran, tingkat yang paling awal, akan sia-sia apabila diberikan kepada orang yang tidak mau membaca syahadat. Jurus-jurus Halusan akan sia-sia apabila diberikan kepada orang yang belum hapal surah Al-Fatihah dan Al-Ikhlash berikut maknanya. Dalam test kenaikan tingkat, bukan hanya terjemahan yang ditekankan tetapi lebih jauh dari itu harus memahami apa yang terkandung di dalam kedua ayat tersebut. Kenapa Al-Fatihah disebut Ummul-Kitab dan Al-Ikhlash bagaikan sepertiga dari Al-Qur’an, hanya dapat dipahami apabila kita mengerti hikmah yang terkandung di dalamnya. Jurus-jurus Tikahan tidak akan berarti jika diberikan kepada orang yang tidak mengenal Al-Qur’an. Jurus Mahdi tidak akan sempurna bila diberikan kepada orang-orang yang tidak hapal dan mengerti juz ‘Amma. Jurus-jurus Syahbandar tidak berguna bila diberikan kepada ornag itdak mendalami agama Islam, mendalami ilmu-ilmu agama Islam seprti tauhid, fikih, akhlak, tasawuf, tafsir Al-Qur’an, Al-Hadits dan lain-lain ilmu bantu yang menunjang pemahaman untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut. Dan begitu pula, jurus-jurus Payung Rasul akan sia-sia dan tidak berkah bila diberikan kepada orang-orang yang tidak mampu memahami agama Islam dari segala aspek, enggan mengamalkan ilmu yang telah dipelajari, tidak mampu memandang alam dengan segala bentuk kehidupan yang terdapat di dalamnya menurut apa yang telah dijelaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an. Bila dibuat kata ringkas, seluruh jurus Prana Sakti tidak akan bermanfaat dan berguna bagi orang yang tidak shalat, karena hikmah yang terdapat dalam shalat sungguh lengkap dan sempurna mencakup segala aspek kehidupan. Bahkan shalat merupakan wujud ketundukan dan penyerahan diri seorang muslim kepada Allah SWT. Jika hal ini telah terbentuk dalam jiwa, yaitu bagi orang yang benar-benar mendirikan shalat, bukan sekedar untuk melepaskan kewajiban belaka, niscaya dapat dipastikan ia termasuk orang-orang yang beriman dan beramal shaleh. Karena itu, amat tepat
Tujuan
PERGURUAN BELADIRI TENAGA DALAM ISLAM
PRANA SAKTI
1. Membina anggotanya menjadi manusia muslim yang sehat lahir batin, kreatif, jujur, ikhlas, tabah, sabar, rendah hati, percaya diri, tawakkal dan giat bekerja, sebagai bekal guna menuju prestasi yang diridloi Allah SWT yaitu Takwa.
2. Memperkokoh dan mempertebal iman kaum muslim/muslimah ke tingkat takwa yang sebenarnya.
3. Mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT dengan jalan zikir lahir dan batin.
4. Membina dan mempererat hubungan ukhuwah Islamiyah tanpa memandang golongan, kedudukan, harta, pangkat, asal-muasal dan sebagainya.
5. Membentuk kondisi jasmani dan rohani yang prima agar tetap sehat wal ‘afiat dengan mengembangkan tenaga dalam (prana) pelindung tubuh berdasarkan Sunnatullah yang secara spontanitas dapat memberikan balasan/pantulan bila ada gangguan dan serangan dari luar, baik secara lahir maupun batin, nyata maupun gaib.
GURU BESAR
PERGURUAN BELA DIRI TENAGA DALAM ISLAM
PRANA SAKTI
Guru Besar Perguruan Beladiri Tenaga Dalam Islam PRANA SAKTI, bernama Drs.KH. Asfanuddin Panjaitan. Beliau berasal dari Sumatera Utara dan kini menetap di Yogyakarta. Pendidikan perguruan tinggi diselesaikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Minatnya terhadap permasalahan umat, terutama masalah pembinaan generasi muda sangat tinggi, karena itulah beliau bertekad bulat mendirikan dan mengembangkan perguruan ini dengan harapan mendapatkan ridlo Allah SWT dan semoga dapat menjadi amal jariyah dan ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan Akhirat kelak.
Dalam setiap ceramahnya selalu ditekankan pentingnya mempelajari dan memperdalam kitab suci Al-Qur’an Al-Karim. Bahkan pernah beliau mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah Guru Besar PRANA SAKTI yang hakiki. Karena itu setiap anggota Prana Sakti diwajibkan mempelajari kitab suci mukjizat terbesar yang dibawa Nabi Muhammad SAW ini.
Dalam rangka itu pula beliau memerintahkan agar setiap cabang Prana Sakti mengadakan pengajian Al-Qur’an agar pemahaman terhadap ajaran Islam semakin mantap dan kokoh dalam diri setiap anggota. Sejalan dengan itu, maka ilmu tenaga dalam Prana Sakti pun dengan sendirinya semakin tajam dan berkembang.
Terhadap murid-muridnya, beliau sangat kebapakan dan begitu akrab. Para murid diperkenankan memanggil beliau dengan panggilan akrab, Bang Asfan. Dengan cara ini beliau membina dan mengarahkan para murid agar menjadi orang yang taat beribadah dan berakhlak mulia serta berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
ISLAM DAN PRANA SAKTI
Prana Sakti merupakan perguruan tempat belajar dan praktek melafazkan dengan mulut, menghayati dan hati kalimat tauhid, Laa ilaaha illallaah, serta melaksanakan konsekuensinya dalam perbuatan sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Dalam melaksanakan jurus, dalam hati selalu ingat kepada Allah SWT dan menyebut zikir dan kalimat tauhid tersebut. Prinsip latihan ini diperkuat oleh sebuah hadits qudsi yang mengatakan bahwa barang siapa yang yang memasuki benteng-Ku, ia aman dari siksaku (HQR. Abu Na’im, Ibnu Hajar dan Ibnu Asakir yang bersumber dari Ali bin Abi Thalib RA)
Olah raga yang dikembangkan dalam Prana Sakti bernafaskan Islam, berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits untuk membina keimanan, kesehatan serta beladiri terhadap gangguan manusia dan syetan yang sesat dan jahat. Itulah sebabnya sebelum latihan, dibuka dulu dengan berdo’a kepada Allah SWT mengharap ridlo dan pertolongan-Nya.
Pengertian bela diri menurut Prana Sakti, tidak sama persis dengan olah raga bela diri silat, karate, judo, taekwondo, kempo, dan sebagainya, karena dalam Prana Sakti tidak diajarkan jurus atau gerakan yang ditujukan untuk menyerang atau kontak secara fisik terhadap lawan.
Dengan memahami, menghayati dan mengamalkan kalimah tauhi Laa ilaaha illallaah dalam kehidupan sehari-hari, maka ummat Islam akan mendapatkan suatu kekuatan yang luar biasa, yaitu jiwa yang merdeka, bersih dan suci serta senantiasa dalam keadaan fithrah dalam iman kepada Allah SWT. Kemerdekaan sejati ini hanya akan diperoleh manakala kita hanya bertuhan kepada Allah semata. Mengesakan-Nya dan menjauhi perbuatan syirik, baik syirik besar maupun syirik kecil yang tersembunyi.
Ummat Islam dituntun pula untuk membawa bangsa Indonesia agar mampu bersaing dan mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa besar lainnya di dunia dalam era globalisasi ini. Untuk itu dibutuhkan tenaga dalam yang berintikan kalimah thayyibah Laa ilaaha illallaah. Dengan jalan ini insya Allah kita akan mendapatkan rahmat dan hidayah yang akan membawa kepada terbentuknya kesehatan jasmani dan rohani, keselamatan dan kebahagiaan lahir dan batin, dunia dan akhirat.
KELEBIHAN DAN PENGALAMAN
ANGGOTA PRANA SAKTI
Banyak keuntungan yang Insya Allah akan diperoleh oleh anggota Prana Sakti bila ia rajin dan berlatih dengan baik dan benar. Dan itu merupakan anugerah yang dilimpahkan Allah SWT kepada hamba-hambanya yang senantiasa ingat dan dekat denganNya.
Di antara kelebihan yang telah dirasakan oleh anggota, antara lain :
1. Lebih khusyuk dalam beribadah
2. Lebih percaya diri
3. Sehat jasmani dan rohani
4. Memiliki kekuatan untuk mengalahkan niat jahat manusia atau syetan serta makhluk lainnya yang sesat dan jahat.
Agar bisa memperoleh kelebihan-kelebihan tersebut, anggota sebagaimana layaknya seorang murid yang sedang menuntut ilmu (berguru), setelah selesai mengikuti latihan dasar Tingkat Kasaran, selanjutnya mesti belajar dan memperdalam ilmu agama dan tekun berlatih olah jurus-jurus sesuai dengan tingkatan ilmu bela diri tenaga dalam Prana Sakti. Di samping itu berusaha melaksanakan dengan amal perbuatan nyata segala apa yang dituntut oleh kalimah Tauhid yang telah terpatri di dalam dada.
PESAN GURU BESAR
PERGURUAN BELADIRI TENAGA DALAM ISLAM
PRANA SAKTI
Guru Besar Perguruan Bela Diri Tenaga Dalam Islam, Drs. KH. Asfanuddin Panjaitan, atau biasa dipanggil dengan panggilan akrab Bang Asfan, mantan ketua Lasykar Ampera Aris Margono, Angkatan 66 di Yogyakarta adalah seorang yang arif bijaksana dan selalu memberikan nasihat yang amat berharga bagi para muridnya. Sejak 5 Maret 1975 beliau memulai latihan bela diri tenaga dalam Prana Sakti berbentuk perguruan resmi dan terbuka (merupakan organisasi kemasyarakatan yang terdaftar pada Departemen Dalam Negeri).
Pada Perguruan Bela Diri Tenaga Dalam Islam PRANA SAKTI tidak ada kultus individu terhadap pemimpin dan Guru Besar. Anggota lama dan baru berderajat sama. Yang mulia di sisi Allah SWT adalah orang yang paling takwa kepada-Nya. Ukuran takwa hanya Allah SWT yang tahu. Yang jelas jalan untuk mencapai derajat takwa yang sebenarnya telah diungkapkan Allah SWT dalam Al-Qur’an dan telah pula ada penjabarannya yang lengkap dalam Al-Hadits.
Bang Asfan selalu mengingatkan para anggota agar selalu menjalankan perintah Allah SWT yang terkandung dalam Al-Qur’an Al-Karim dan Hadits Rasul. Inilah Kitab Suci Kalam Allah yang tidak ada keraguan di dalamnya, suatu petunjuk bagi siapa saja yang takwa kepada Tuhannya.
Beliau juga berpesan hendaknya para anggota mendirikan shalat, bukan sekedar mengerjakan untuk melepaskan kewajiban saja, melainkan harus tampak bekasnya dalam kehidupan sehari-hari. Bagi yang mampu jangan lalai menunaikan zakat. Dalam kehidupan bersikap sopan-santun, berakhlak mulia, hormat dan berbakti kepada iba dan bapak, serta berbuat baik/hormat kepada sesama hamba Allah SWT.
TENAGA DALAM
vs
SIHIR
Pada umumnya masyarakat kurang memahami betul apa yang dimaksud dengan ilmu tenaga dalam. Kesan yang mereka lihat kurang tepat akibat menyamaratakan bentuk-bentuk ilmu tenaga dalam yang dipertunjukkan oleh berbagai perguruan. Padahal hal-hal yang berbau klenik, sifatnya hanyalah campuran dari luar ke dalam ilmu tenaga dalam yang hakiki. Sebenarnya tenaga dalam merupakan fenomena alam yang berjalan di bawah Sunnatullah, karena itu ilmu ini adalah ilmu kebenaran dari Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Berilmu.
Tenaga dalam adalah perilaku hati/batin yang mendasari niat perbuatan atau tindakan seseeorang dan merupakan suatu bentuk perlindungan yang diberikan (dianugerahkan) Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa kepada manusia yang mau mempelajari dan membinanya. Potensi tenaga dalam telah bersemayam dalam setiap orang. Tinggal mereka sendiri yang menentukan apakah mau atau tidak memanfaatkan potensi diri yang merupakan rahmat tak ternilai dari Sang Khalik.
Di dalam paru-paru terdapat beribu-ribu pembuluh halus yang di ujung-ujungnya terdapat berjuta-juta kantong udara. Pembuluh-pembuluh halus ini sangat penting untuk menyerap udara bersih (oksigen) yang amat diperlukan dalam proses pembakaran di dalam tubuh. Apabila kantong-kantong udara ini tidak mendapatkan udara yang cukup, maka bisa mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit, antara lain : pilek, batuk , penyakit paru-paaru, penyakit jantung, lemah jiwa, daya tahan tubuh rendah dan sebagainya.
Di samping itu tubuh manusia juga memerlukan bioenergi yang bertenaga sangat halus. Tenaga bukan berupa molekul-molekul udara melainkan berbentuk tenaga murni yang sangat halus. Tenaga halus atau bioenergi ini biasa dikenal dengan sebut prana, chi, tenaga dalam dan lain-lain istilah.
Dalam berlatih, PRANA SAKTI mengajarkan kepada para muridnya, bagaimana merubah dan memperbaiki cara bernafas menjadi lebih sempurna, efektif dan efisien. Dengan metode latihan PRANA SAKTI peserta latihan dapat sekaligus menyerap oksigen dan prana lebih banyak ke dalam tubuh.
Jelaslah bahwa ilmu tenaga dalam berada di bawah Sunnatullah. Apalagi dalam jurus-jurus PRANA SAKTI dilambari pula dengan zikir kalimah thayyibah, sebagai pernyataan iman dan salah satu jalan konsentrasi yang paling ampuh.
Sedangkan ilmu sihir dikerahkan dengan bantuan tenaga syetan. Syetan meskipun mau memberikan bantuan, sehingga seseorang bisa berbuat sesuatu yang aneh, namun ia pasti minta syarat dan imbalan. Syarat paling umum yang diminta syetan kepada pemujanya adalah seseorang harus dan wajib melepaskan aqidah dan imannya kepada Allah SWT. Akibatnya ahli sihir dan orang-orang yang menuntut ilmu sihir jatuh dalam kemusyrikan. Kenyataannya dalam olah kanuragan dan mengembangkan kemampuannya, selalu diiringi dengan upacara atau ritual yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam.
Di samping itu ilmu sihir selalu bertujuan untuk menimbulkan kerusakan dan kehancuran di kalangan manusia. Tidak ada ilmu sihir yang bertujuan baik. Hal ini tampak jelas ketika ada pasien pergi ke dukun sihir, selalu diminta melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dan cenderung bersifat maksiat.
Itulah perbedaan yang jelas antara ilmu tenaga dalam dan ilmu sihir. Dari metode yang diterapkan dan dijalankan pada suatu perguruan, kita menentukan dan memastikan apakah perguruan itu bersifat syirik atau bukan.
Artikel ini bersumber dari :
PERGURUAN BELADIRI TENAGA DALAM ISLAM
PRANA SAKTI
SEHAT LAHIR BATIN, SELAMAT DUNIA AKHIRAT